Bagai Tetesan Air Hujan

Hiduplah sekali namun berguna bagi sesama, setelah itu jemputlah Syurga

Takaran Rejeki

Seorang Pimpinan Cabang suatu perusahaan galau. Di saat pandemic ini pendapatan perusahaan di Semester 1 belum mencapai target RKAP.

Kalau berdasarkan trend tahun sebelumnya, potensi prognosis akhir tahun tidak mencapai target.

Sang PinCa nampaknya lupa. Rejeki itu kalkulatornya beda. Grafiknya beda. Kadang tidak linier, sering terjadi eksponensial.

Sering terjadi muncul pendapatan di akhir tahun. Yang membuat RKAP akhirnya tercapai. Top line dan bottom line tercapai.

Senyum seluruh insan perusahaan merekah. Bayangan Insentif dan Tantiem di depan mata. Tinggal persetujuan share holder.

Mengapa bisa itu terjadi?

Ada dua jawaban untuk hal tersebut. Satu adalah Takaran rejeki. Yang kedua adalah Ikhtiar dan doa.

Terkait takaran rejeki. Di perusahaan ada pegawai, ada Direksi. Ada juga vendor, yang ada pegawai dan Direksinya pula. Dibelakang mereka ada keluarga.

Baik pegawai, Direksi, dan keluarganya punya takaran rejeki, salah satunya dari perusahaan. Itulah kenapa bisa jadi pendapatan ‘Durian Runtuh’ atau ‘WindFall’ tersebut, adalah rejeki mereka. Agar gaji, insentif, dan tantiem bisa diterima.

Terkait usaha dan doa. Ini paket. Insan perusahaan harus berusaha menjemput rejeki. Usaha ya. Soal hasil serahkan Tuhan.

Poinnya adalah bergerak. Silaturahim. Maka rejeki itu akan Tuhan mudahkan. Ini sudah banyak buktinya, niat silaturahim eh pulang bawa kontrak.

Selain usaha, ikhtiar. Ada Doa seluruh insan, yaitu pegawai, Direksi, dan keluarganya. Juga insan perusahaan Vendor. Ada bagiannya juga, karena tidak semua perusahaan punya Sumber Daya.

Jadi dorong yang muslim Sholat Dhuha. Itu satu jalan berdoa. Dorong juga yang penganut agama lain berdoa sesuai keyakinannya.

Akhirnya semua bermuara, ada usaha, ada do’a, ada takaran takdir rejeki. Buktinya, sekarang sudah bisa tersenyum. InsyaAllah dimudahkan.

Sama dengan yang nulis. Baru selesai Sholat Dhuhur, ada ide menulis. Itu saja belum pakai sepatu. Tulisan ini juga bisa dianggap suatu rejeki. Rejeki pikiran disiang hari.

Tapi kok ya habis nulis agak panjang ini perut agak melilit. Eh iya, belum makam siang.

Jadi ijin jemput rizki makan siang dulu ya.

@my_asur

Tinggalkan komentar

Information

This entry was posted on 1 Oktober 2021 by in Uncategorized and tagged , .